Pada hari Kamis, 25 September 2025, sebanyak 50 mahasiswi dari berbagai jurusan (AK, TME, dan PHP) mengikuti Kegiatan Kelas Belajar Akselerasi Inklusi Keuangan yang dikhususkan untuk kaum wanita. Ibu Vanesha Astri Hadi, S.T., M.M selaku penanggung jawab kegiatan memastikan bahwa acara dapat berjalan dengan mulus serta memandu apa-apa saja yang harus dilakukan mahasiswa saat seminar tersebut berlangsung.
Acara dimulai dengan kata sambutan dari Ibu Ir. Yulia Theresia sebagai pelaksana harian PSDKU POLNEP di Kab. Sanggau yang menyampaikan bahwa di era 2020-an kekerasan pada wanita sering terjadi di Indonesia, yang dimana jika dibiarkan akan mempengaruhi masa depan para mahasiswi dan bahkan bisa menyebabkan masalah psikologi secara permanen. Kekerasan yang sering terjadi di kalangan wanita adalah kekerasan secara seksual dan sebagian besar para mahasiswa sering mengalami insiden berbahaya tersebut. Ibu Yulia khawatir hal ini akan mempengaruhi masa depan para mahasiswa karena mereka adalah aset berharga untuk memperjuangan negara Indonesia dan emansipasi wanita.
2 Volunter dari luar PSDKU POLNEP Sanggau bernama ibu Susanti dan ibu Suharyanti menambahkan bahwa selain kasus kekerasan pada wanita, Wanita-wanita tersebut juga harus pandai mengelola keuangan, baik dari menghasilkan pendapatan maupun cara mereka menggunakan uang tersebut. Namun, banyak sekali para wanita atau bahkan seluruh masyarakat yang masih belum bisa mengatur keuangan dengan bijak. Mayoritas orang masih gengsi dan FOMO (Fear of Missing Out) atau jelasnya takut ketinggalan barang-barang terkini, mereka lebih memilih untuk menggunakan uang kerjanya untuk mencicil motor, smartphone, atau KPR Rumah hingga uangnya hampir tidak tersisa, perlu diketahui bahwa kebanyakan cicilan tidak hanya 2-3 bulan saja, tetapi bertahun-tahun. Dan jika para pencicil tidak bisa membayar saat jatuh tempo, maka semua barang yang sudah dicicil sebelumnya bisa hangus dan tidak menutup kemungkinan akun kredibilitas mereka akan di-blacklist dari bank.
Lantas dalam menghadapi masalah ini, ibu Mutiara Meilia selaku Koordinator Wilayah Kab. Sanggau – PPSW Borneo (Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita) telah menyiapkan berbagai materi agar para kaum wanita di PSDKU POLNEP Sanggau bisa bertindak jika suatu masalah akan terjadi atau sedang terjadi.
Topik pertama mengenai “Kondisi Keuangan” dimana para mahasiswi harus mengisi kertas kerja tertulis yang sudah disediakan (Dan kertas ini akan terus dibagikan sampai semua topik sudah berlangsung). Tidak hanya mengisi kertas kerja tersebut, para mahasiswi juga ditanya mengapa mereka menulis jawaban tersebut, dan kebanyakan masalah mereka terkait dengan sifat gengsi karena mereka seringkali pergi ke kafe atau tempat yang tergolong mewah hanya untuk sekedar nongkrong, walaupun begitu mereka tidak memiliki daya tarik untuk membeli barang branding secara terus-menerus.
Topik kedua adalah “Ubah Mimpi Jadi Cita-Cita”, ibu Mutiara Meilia menjelaskan bahwa memiliki cita-cita saja tidak cukup, para mahasiswi juga harus memiliki perencanaan kebutuhan dana untuk mewujudkan cita-cita tersebut menjadi realita. Dan ternyata cita-cita mereka tidaklah murah. Sebagai contoh ada salah satu mahasiswi yang ingin jadi pengusaha warung makan dan biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha tersebut sekitar 7 juta/bulan. Hal ini membuktikan bahwa secara realita cita-cita tidak hanya bisa diraih melalui kerja keras tetapi juga modal.
Topik ketiga adalah “Menabung”. Pada bulan September 2025, Mata uang rupiah hampir menyentuh angka Rp17.000/$1 USD. Angka ini tergolong sangat tinggi karena inflasi ini juga dipengaruhi oleh kebijakan tariff ekspor dan impor di Amerika Serikat/United States. Untuk antisipasi masalah ini, maka para mahasiswi diharuskan untuk menabung dari sekarang dan mencatat target menabung berdasarkan cita-cita mereka.
Topik keempat atau terakhir adalah “Kesetaraan Gender” yang dimana topik ini sangat penting karena walaupun para mahasiswi sudah mempunyai modal yang cukup atau bahkan sudah kaya raya, tetapi jika para wanita masih khawatir dengan kasus-kasus kekerasan seksual dan sebagainya, maka tidak menutup kemungkinan semua uang yang sudah ditabung dari lama akan habis dalam sekejap untuk hal-hal yang tidak diinginkan.
Namun bukan berarti “Kesetaraan Gender” juga bisa dieksploitasi baik pada pria maupun wanita. Sebagai contoh jika para pria bekerja keras untuk mencari nafkah, maka para wanita juga harus menjalankan kewajiban sebagai ibu rumah tangga, dan jika seorang wanita bekerja di suatu tempat yang memerlukan fisik seperti kuli bangunan, maka wanita tersebut juga harus mempunyai tenaga layaknya kebanyakan para pria, inilah yang disebut kesetaraan gender.
Kegiatan Kelas Belajar Akselerasi Inklusi Keuangan untuk Perempuan ini menjadi bagian penting dari upaya menciptakan ekosistem ekonomi yang lebih adil, mandiri, dan tangguh bagi perempuan di Kalimantan Barat. Harapannya, kegiatan ini tidak hanya meningkatkan kapasitas peserta, tetapi juga menjadi pemantik gerakan keuangan inklusif berbasis komunikasi. Dan para mahasiswi juga diharapkan agar mereka bisa menabung dan mengelola dari sekarang.